Minggu, 24 Januari 2016

Alasan untuk Menjadi yang Lain

Dia, seseorang yang tak pernah mengerti apa arti sebuah kebebasan. Dia yang tak pernah mengerti apa yang dinamakan melampaui batas. Dia yang seakan keluar dari kandang tempat ia dikurung selama berbelas tahun. Dia yang aku kenal sekarang memang tidak berbeda dengan dia yang aku kenal dulu. Namun, dari awal aku mengenalnya. Seakan ada sesuatu yang bukan dirinya, namun ia memaksakan menjadi itu. Tentang sikapnya yang tak sedikit membuat orang menarik diri untuk berbaur dengannya. Aku selalu bertanya dalam diri, mengapa dia seperti ini? Mengapa dia seperti itu? Mengapa dia begini? Begitu? Ya, tentu saja tak pernah kudapatkan jawaban, karena aku baru mengenalnya. Namun, percakapan di senja itu, membuatku mengeti “mengapa dia”? iya, dia yang seakan keluar dari zonanya. Seakan dia yang baru saja tahu bagaimana dunia dan lingkungannya. Dan bagaimana kabar dunia saat ini. Dia yang mencoba asyik dengan suatu hal, tapi ia tak pernah berhasil dan bahkan terkesan menopengi diri dengan “ini bukanlah aku”. Dia yang seakan baru memahami apa ini kata, bagaikan anak kecil yang dibelikan mainan baru. Terlalu senang, terlalu heran, dan terlalu kagum. “aku belum pernah tahu ini sebenarnya” (itu mungkin katanya). Dan dia masuk ke kehidupan itu, kehidupan yang justru membuatnya ingin mencoba. Mencoba apa yang selama ini kebanyakan orang lakukan, tapi hanya bisa ia lihat. Kini ia melakukannya. Bukan salahnya, setiap orang pasti ingin mencoba. Entah itu sebenarnya baik atau tidak untuk dirinya. Namun, aku tak bisa menyalahkan mengapa ia berubah bukan menjadi lebih baik. Karena memang tugasku bukan sebagai penilai. Aku hanya merasa bahwa ia bosan dan ia ingin keluar dari zonanya. Keluar dan merasakan seperti yang lain, karena hidupnya selama ini terlalu monoton untuk diceritakan. Karena sebenarnya dibalik topeng yang ia kenakan tersimpan sejuta kisah, mengapa ia memakainya sekarang? Jangan menjudge seseorang dengan kelakuannya, tapi cari tahulah mengapa seseorang melakukan itu..!

Nokturnal

Hidupku mungkin dipenuhi dengan keanehan yang justru membuatku banyak bersyukur. Salah satu hal yang sampai saat ini masih kupertanyakan adalah, mengapa aku seperti kaum nokturnal. Aku sulit tidur di malam hari dan siang harinya aku merasakan rasa kantuk yang luar biasa. Itu aku, yang dulu. Sekarang, bukannya bertambah normal, jutru kini aku tidak merasakan kantuk di siang dan malamku. Mengapa? Akupun tak pernah tahu jawabannya. Aku mencoba menerka, apa penyebanya? Apakah efek dari cafein? Aku bahkan kini jarang mengonsumsi cafein lagi. Terlalu puas tidur di siang hari? Tidak, aku bahkan sengaja berlelah-lelah ria di siang harinya supaya aku merasakan lelah dan akhirnya mengantuk ketika kembali ke tempat istirahatku. Namun, nihil. Beberapa hari, aku jarang terlelap. Hebatnya, aku juga tak pernah merasakan apa itu efek dari kurang tidur? Subhanalloh... Semua ini, diluar dugaanku. Namun, bagaimanapun juga aku tetap berusaha menjaga kesehatan diriku. Diluar semua kemauanku, itu semua ada diluar ketidakmampuanku melihat segalanya.