Dalam
hidupnya, ia memiliki 3 fase. Bukan padat, gas, dan cair seperti dalam fisika.
Melainkan fase suasana hatinya yang berubah seiring perkembangan waktu. Dan
cinta yang telah merubah segalanya. Merubah fase-fase dalam hidupnya.
Fase
pertama dimulai ketika aku menemuinya pertama kali. Pribadi yang ramah, ceria,
baik, dan perhatian. Mungkin, karena inilah mereka menyukainya. Aku menyebutnya
mereka karena aku tahu tak hanya satu orang yang menyukainya. Salah satunya
pernah bercerita padaku tentang ketertarikan pada dirinya pada pertemuan kuliah
yang belum genap seminggu itu. Aku membenarkan semua perkataan orang itu
tentangnya, karena memang semua seperti itu. Namun, sebegitu cepatnyakah
manusia bisa jatuh cinta? Aku merupakan
orang yang sulit jatuh cinta dan tidak begitu mempercayai adanya kisah jatuh
cinta pada pandangan pertama. Bagaimana mungkin, seseorang begitu cepat
menyatakan cinta pada pertemuan yang kurang dari seminggu. Ah, entahlah. Cinta
bukan bahasanku dan aku bukan seorang ahli cinta.
Jika
kau pikir fase pertama itu aku isi dengan seseorang yang mencintanya kurang
dari seminggu tersebut, itu berarti kamu telah berpikiran salah. Saat ini, aku
akan membawamu pada seseorang yang benar-benar mengisi hidupnya di fase pertama
ini. Kesan pertama saat aku bertemu dengan seseorang itu adalah dia manis,
pendiam, pintar, dan mengagumkan. Setidaknya seperti itu saat pertama. Mungkin
hal itu juga yang dirasakan olehnya, sehingga saat pria manis itu menyatakan
cintanya, wanita tiga fase inipun tidak menolaknya.
Berjalan
dibalik layar tak membuat aku tak mengetahuinya. Kisah cinta yang manis saat
itu. Disinilah aku akan menambahkan satu karakteristik kepribadian yang ia
miliki. Manja. Sehingga ia tak lagi hanya memiliki 4 kepribadian seperti saat
aku bertemu dengannya. Pria cerdas, racun apakah yang telah kau bubuhkan dalam
setiap bait katamu pada temanku sehingga temanku bisa menambahkan satu
kepribadian dalam dirinya? Hebat sekali kau ini sehebat dirimu saat menerangkan
fisika di depan kelas kepada kami. Dan sehebat kau mengganti nama bunga
disamping masjid kampus kami dengan bunga Oktober.
Jika
terlalu banyak memakan coklat yang manispun pasti banyak efeknya. Sakit gigi
misalnya. Namun, dalam satu kisah cinta manis ini bukan sakit gigi tentunya
yang berefek pada diri. Tapi sakit hati. Orkestra sakit hati ini dimulai ketika
dia mengirimkan tulisan panjang dalam pesan singkatnya yang berintikan ingin
mengakhiri. Kepribadian wanita tiga fase inipun bertambah, karena ada kata
rapuh yang tiba-tiba muncul dalam dirinya. Disitulah aku baru mengerti bahwa
semanis apapun cinta dan secerdas apapun kau memainkan perannya, jika makhluk
yang bernama sakit hati datang, semua pasti akan merubah segalanya.
Fase
pertama menyisakan kenangan. Tentu saja kenangan yang selalu ikut campur dalam
setiap kisah. Maka, berakhir sudahlah kisah bunga Oktober. Fase selanjutnya
dimulai satu bulan setelah kau mengosongkan hatimu. Fase ini tak begitu lama.
Bukan karena tak ada yang diceritakan, namun aku lebih memilih untuk tidak
menceritakan. Bukan karena malas bercerita, namun aku lebih ingin pura-pura
buta, bisu, dan tuli akan kisah ini kepadamu.
Seorang
pria yang mengaku dirinya telalu menarik untuk dilihat. Seorang pria yang dari
awal aku meragukan kehidupan nanti saat ia telah bersamanya. Namun, seorang
pria itu juga yang telah membuatnya melayang untuk kedua kalinya. Dan parahnya
lagi aku melihatnya. Kepribadiannya tak ada yang bertambah, namun mungkin
berubah. Berubah menjadi sosok yang bahkan aku hampir tak dapat mencapaimu
untuk sekedar berkata “jangan”. Iya, jangan diteruskan jika bahkan tak tahu apa
posisi dirinya di hati dan hidup pria itu.
Bukan
wanita meminta lebih, namun dalam sebuah hubungan bagiku penting adanya sebuah
status setelah kenyamanan. Hal ini terjadi padanya, hubungan yang tak pernah
berstatus itu kandas dan tentu saja dalam cerita seperti ini yang tersakiti
adalah wanita. Jika kalian bertanya alasannya, maka pernahkah kalian mendengar
bahwa wanita lebih mengutamakan perasaan dan pria lebih mengutamakan logika.
Mungkin inilah yang membuat wanita lebih tersakiti dan pria akan bersikap biasa
saja. Apalagi dengan tidak adanya status yang disandangnya.
Selepas
fase kedua ini, tentu saja kita langsung ke fase yang ketiga. Fase setelah
perginya orang itu. Dalam fase ini tak lagi ada kehidupan pria manapun dalam
dirinya hingga saat ini. “Aku itu ga pernah pacaran dalam bulan-bulan awal”. Mungkin,
karena kalimat itulah yang diagungkan oleh wanita ini yang membuat dirinya
belum menemukan cintanya lagi. Cinta?
Cinta macam apakah jika akhirnya selalu menyakitkan.
Dalam
fase ini aku hampir saja tak menemui dirinya. Dirinya yang memiliki kepribadian
seperti dulu. Dia yang lebih sering terlihat rapuh daripada ceria. Dia yang
terlihat ceria namun dipaksakan. Dia yang
terlihat lebih sering memaksakan apapun yang diinginkannya dengan cara yang
hampir aku tak mengerti. Memang, terkadang efek sakit hati itu luar biasa.
disaat seperti ini pilihanmu hanya satu, melupakan. Jika kau sudah berhasil
melupakan maka kau juga akan meninggalkan, namun jika kau hanya meninggalkan
bisa jadi kenangan itu akan selalu ada. Setelah kau berhasil melupakan, yang
harus dilakukan hanya mengikhlaskan.
Namun
sayangnya, wanita ini tidak menempuh jalur itu. Dia harus menempuh jalan yang
dinamakan “memuakkan”. Muak bahkan hanya ketika mendengar namanya disebut saja.
Disaat seperti ini aku baru tahu bahwa ada jalur baru dalam mengikhlaskan
cerita.