Kamis, 16 Juni 2016

Wanita Tiga Fase

Dalam hidupnya, ia memiliki 3 fase. Bukan padat, gas, dan cair seperti dalam fisika. Melainkan fase suasana hatinya yang berubah seiring perkembangan waktu. Dan cinta yang telah merubah segalanya. Merubah fase-fase dalam hidupnya.
Fase pertama dimulai ketika aku menemuinya pertama kali. Pribadi yang ramah, ceria, baik, dan perhatian. Mungkin, karena inilah mereka menyukainya. Aku menyebutnya mereka karena aku tahu tak hanya satu orang yang menyukainya. Salah satunya pernah bercerita padaku tentang ketertarikan pada dirinya pada pertemuan kuliah yang belum genap seminggu itu. Aku membenarkan semua perkataan orang itu tentangnya, karena memang semua seperti itu. Namun, sebegitu cepatnyakah manusia bisa jatuh cinta?  Aku merupakan orang yang sulit jatuh cinta dan tidak begitu mempercayai adanya kisah jatuh cinta pada pandangan pertama. Bagaimana mungkin, seseorang begitu cepat menyatakan cinta pada pertemuan yang kurang dari seminggu. Ah, entahlah. Cinta bukan bahasanku dan aku bukan seorang ahli cinta.
Jika kau pikir fase pertama itu aku isi dengan seseorang yang mencintanya kurang dari seminggu tersebut, itu berarti kamu telah berpikiran salah. Saat ini, aku akan membawamu pada seseorang yang benar-benar mengisi hidupnya di fase pertama ini. Kesan pertama saat aku bertemu dengan seseorang itu adalah dia manis, pendiam, pintar, dan mengagumkan. Setidaknya seperti itu saat pertama. Mungkin hal itu juga yang dirasakan olehnya, sehingga saat pria manis itu menyatakan cintanya, wanita tiga fase inipun tidak menolaknya.
Berjalan dibalik layar tak membuat aku tak mengetahuinya. Kisah cinta yang manis saat itu. Disinilah aku akan menambahkan satu karakteristik kepribadian yang ia miliki. Manja. Sehingga ia tak lagi hanya memiliki 4 kepribadian seperti saat aku bertemu dengannya. Pria cerdas, racun apakah yang telah kau bubuhkan dalam setiap bait katamu pada temanku sehingga temanku bisa menambahkan satu kepribadian dalam dirinya? Hebat sekali kau ini sehebat dirimu saat menerangkan fisika di depan kelas kepada kami. Dan sehebat kau mengganti nama bunga disamping masjid kampus kami dengan bunga Oktober.
Jika terlalu banyak memakan coklat yang manispun pasti banyak efeknya. Sakit gigi misalnya. Namun, dalam satu kisah cinta manis ini bukan sakit gigi tentunya yang berefek pada diri. Tapi sakit hati. Orkestra sakit hati ini dimulai ketika dia mengirimkan tulisan panjang dalam pesan singkatnya yang berintikan ingin mengakhiri. Kepribadian wanita tiga fase inipun bertambah, karena ada kata rapuh yang tiba-tiba muncul dalam dirinya. Disitulah aku baru mengerti bahwa semanis apapun cinta dan secerdas apapun kau memainkan perannya, jika makhluk yang bernama sakit hati datang, semua pasti akan merubah segalanya.
Fase pertama menyisakan kenangan. Tentu saja kenangan yang selalu ikut campur dalam setiap kisah. Maka, berakhir sudahlah kisah bunga Oktober. Fase selanjutnya dimulai satu bulan setelah kau mengosongkan hatimu. Fase ini tak begitu lama. Bukan karena tak ada yang diceritakan, namun aku lebih memilih untuk tidak menceritakan. Bukan karena malas bercerita, namun aku lebih ingin pura-pura buta, bisu, dan tuli akan kisah ini kepadamu.
Seorang pria yang mengaku dirinya telalu menarik untuk dilihat. Seorang pria yang dari awal aku meragukan kehidupan nanti saat ia telah bersamanya. Namun, seorang pria itu juga yang telah membuatnya melayang untuk kedua kalinya. Dan parahnya lagi aku melihatnya. Kepribadiannya tak ada yang bertambah, namun mungkin berubah. Berubah menjadi sosok yang bahkan aku hampir tak dapat mencapaimu untuk sekedar berkata “jangan”. Iya, jangan diteruskan jika bahkan tak tahu apa posisi dirinya di hati dan hidup pria itu.
Bukan wanita meminta lebih, namun dalam sebuah hubungan bagiku penting adanya sebuah status setelah kenyamanan. Hal ini terjadi padanya, hubungan yang tak pernah berstatus itu kandas dan tentu saja dalam cerita seperti ini yang tersakiti adalah wanita. Jika kalian bertanya alasannya, maka pernahkah kalian mendengar bahwa wanita lebih mengutamakan perasaan dan pria lebih mengutamakan logika. Mungkin inilah yang membuat wanita lebih tersakiti dan pria akan bersikap biasa saja. Apalagi dengan tidak adanya status yang disandangnya.
Selepas fase kedua ini, tentu saja kita langsung ke fase yang ketiga. Fase setelah perginya orang itu. Dalam fase ini tak lagi ada kehidupan pria manapun dalam dirinya hingga saat ini. “Aku itu ga pernah pacaran dalam bulan-bulan awal”. Mungkin, karena kalimat itulah yang diagungkan oleh wanita ini yang membuat dirinya belum menemukan cintanya lagi.  Cinta? Cinta macam apakah jika akhirnya selalu menyakitkan.
Dalam fase ini aku hampir saja tak menemui dirinya. Dirinya yang memiliki kepribadian seperti dulu. Dia yang lebih sering terlihat rapuh daripada ceria. Dia yang terlihat  ceria namun dipaksakan. Dia yang terlihat lebih sering memaksakan apapun yang diinginkannya dengan cara yang hampir aku tak mengerti. Memang, terkadang efek sakit hati itu luar biasa. disaat seperti ini pilihanmu hanya satu, melupakan. Jika kau sudah berhasil melupakan maka kau juga akan meninggalkan, namun jika kau hanya meninggalkan bisa jadi kenangan itu akan selalu ada. Setelah kau berhasil melupakan, yang harus dilakukan hanya mengikhlaskan.
Namun sayangnya, wanita ini tidak menempuh jalur itu. Dia harus menempuh jalan yang dinamakan “memuakkan”. Muak bahkan hanya ketika mendengar namanya disebut saja. Disaat seperti ini aku baru tahu bahwa ada jalur baru dalam mengikhlaskan cerita. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar