Senin, 16 Februari 2015

Cinta dalam radio


            Klik. Ara menekan tombol power pada radio kesayangannya. Sambil menikmati secangkir teh panas, Ara mendengarkan lagu-lagu yang diputar dari gelombang radio favoritnya, Gelora FM.
            “Ahhhh…. Lagu yang diputar itu-itu aja. Bosen !!!! “ Ara mengeluh sambil mengambil bantal ungu miliknya.
            Sementara diluar, hujan deras terus mengguyur kotanya selama beberapa hari ini. Hawa dingin selalu menyelimuti harinya. Bagi Ara tidak ada teman dan kegiatan yang mengasyikan selain mendengarkan radio. Pacar? Mana punya ! larangan orang tuanya tentang tidak boleh pacaran sampai umur 17 tahun sangat dipatuhinya, bahkan sampai saat usianya kini tinggal 2 bulan lagi menuju umur 17 tahun. Ditengah kebosanannya, Ara memutuskan untuk menelepon gelombang radio favoritnya itu.
            “Halo...”
            “Ya halo, dengan siapa? Dimana? “
            “Araviani di Perum Permata.”
            “Sebentar ya Ara, saya akan sambungkan ke studio.” Seru operator radio tersebut.
            15 detik
            30 detik
            1 menit
            Ara mulai bosan menunggu. Sampai ketika tiba-tiba ada suara dari seberang teleponnya.
            “Nanti telepon aku aja !”. kata seorang cowok disana.
            “Aku belum punya nomormu,ta.” Kata yang lain.
            “Nih catet ya, 08000xxx.”
            Seketika itu, Ara langsung mencatat nomor milik seorang cowok di radio itu yang ia duga sementara sebagai DJ radio tersebut.
            “Sip lahh…. Nanti aku kontak nomor itu. Itung-itung buat nambah temen juga.” Katanya.
            “Halo Araviani, mau kirim salam atau mau request lagu apa?”. Kata suara di seberang sana ketika telepon Ara tersambungkan ke studio.
***
            Malamnya, hujan deras masih mengguyur kotanya. Ara kembali menyetel radionya sampai ketika tiba-tiba ia teringat nomor telepon yang ia catat tadi di hpnya. Lalu, ia mengambil hpnya dan menghubungi sebuah nomor telepon. Tapi, bukan menghubungi pemilik dengan nomor yang ia catat tadi sore, melainkan menelpon stasiun radio favoritnya.
            “Halo, selamat malam. DJ Aresta disini, dengan siapa disana?”
            “DJ Aresta??? Serasa baru mendengar namanya.” katanya dalam hati.
            “Halo…” kata DJ Aresta lagi.
            “I…iya halo.” Kata Ara kaget dan gugup.
            “Aduh… ada yang lagi bengong nih… lagi jatuh cinta atau lagi mikirin siapa nih?” katanya membicarakan kondisi Ara.
            “Hehe.” Kata Ara nyengir kuda.
            “Iya Ok, ini dari siapa? Atau malu menyebutkan namanya nih??? Hehe…” katanya lagi.
            Ara menarik nafas panjang dan mulai menata kata-kata untuk menjawab pertanyaan DJ itu. Sayangkan kalau pulsanya terbuang sia-sia demi meladeni kebengongannya itu.
            “Ok. Aku Viani.” Kata Ara. Lho… kenapa Ara jadi mengubah nama panggilannya? Tapi ya ga masalah lah.. lagian itu kan hanya di radio.
            “Ya, Viani. Mau kirim salam atau mau request lagu nih?”
            “Aku mau kirim salam aja nih.. buat……..” kalimat Ara menggantung.
            “Yaa???”
            “Buat seseorang yang punya nomor telepon 08000xxx.”
Huh… lega rasanya bisa mengucapkan kalimat itu. Tapi, seketika sambungan telepon Ara putus entah mengapa. Apa pulsa Ara habis? Ara melihatnya, ternyata masih lumayan banyak. Mungkin jaringannya? Tapi, sinyalnya penuh dan kini hujanpun mulai mereda. Ahhh…... sudahlah.
***
            Malam-malam selanjutnya, acara berkirim salam untuk orang yang memiliki nomor 08000xxx terus disampaikan Ara yang mengaku Viani itu. Entahlah, bagi Ara ada kesenangan tersendiri. Sampai pada sore itu, seseorang itu mengirimi Ara sebuah pesan singkat.
Salam balik dariku
_Aresta_
Aresta? Berarti selama ini, dugaanya benar. Nomor itu milik seorang DJ Gelora FM. Tiba-tiba jantung Ara berdebar. Inikah yang namanya cinta? Cinta yang selalu ia tolak kehadirannya. Cinta yang selama ini ia tahu hanya sekedar cerita.
Lalu, Ara membalas pesan dari someone itu.
Ya, makasih atas salam baliknya, J
Balas Ara, dan setelah kejadian sore itu, acara pesan-pesanan antara keduanyapun terus berlanjut.
***
Hari ini, tepat 17 tahun usia Ara. Kartu izin pacaran telah diterimanya. Tapi, tidak ada yang spesial di ulang tahunnya.
“Hei, kamu tau Viani? Panggilin ya..”kata seorang cowok didepan gerbang sekolah Ara.
Ara yang melihat pemandangan itu dan tak sengaja mendengar percakapannya melangkah agak mendekat.
“Maaf, yang namanya Viani itu ga ada. Kalo ada, paling bukan nama panggilan” kata seorang cewek yang ditanyainya dan cewek itu langsung melangkah pergi. Cowok itu terlihat bingung dan Arapun mendekat.
“Hei, nyari siapa?” sapanya basa-basi.
“Nyari Viani. Kamu kenal?”
“Namaku juga ada Vianinya, tapi biasa dipanggil Ara.” kata Ara dengan percaya diri sambil nyengir kuda.
“Oh ya?”
Apa mungkin ini Viani yang aku cari, katanya dalam hati.
“Hehe. Enggalah aku becanda kok.” Tiba-tiba rasa PD Ara hilang.
“Aku Aresta, aku mencari Viani yang selama ini aku kenal lewat radio.” Kata cowok itu menunduk.
Ara hanya diam. Jika itu benar Aresta, berarti ia adalah orang yang selama ini membuatnya merasakan cinta meski maya. Dan kini, semua itu terasa nyata. Atmosfer siang yang biasanya membosankan, kini terasa sangat menyenangkan dan menyejukkan.
“Hello.. kok kamu diem aja sih? Kamu tau Viani ga?” Tanya Aresta membangunkan lamunan Ara.
“Eh.. iya iya.. kamu nyari Viani kamu ya?” Tanya Ara balik dan langsung menunjukkan sesuatu dari balik layar hpnya kepada Aresta.
Aresta yang melihatnya langsung terkejut. Lalu, ia mengembangkan senyumnya. Senyum manis yang dimilikinya. Aresta menarik tangan Ara dan mengajak Ara naik ke motornya. Motor yang dikemudikan Aresta melaju ke Gelora FM. Ara turun dan Aresta menggandeng tangan Ara. Jantung Ara berdebar-debar tak menentu.
“ Temenin aku siaran ya, ra.” Tanpa meminta persetujuan Ara, Aresta langsung memulai acara siarannya.
“Untuk Ara yang sekarang sedang disampingku, Terima kasih karena telah mengisi hatiku yang kosong. Akhirnya, pencarianku telah selesai. Ara,, di umurmu yang ke 17 ini, aku hanya ingin katakan. Maukah kamu melengkapi puzzle hatiku?”
Ara yang mendengarnya bingung harus menjawab apa. Semakin lama ia diam semakin tak menentu apa yng dipikirkannya. Lagipula, untuk apa berpikir? Toh jawabannya Cuma satu, ia mau melengkapi puzzle hati Aresta.
“Aresta, terima kasih telah menjadi cinta pertamaku. Akulah Viani, Araviani yang selama ini hadir dengan salam-salamnya untukmu. Dan kini, aku hanya ingin mengatakan iya”
Senyum terkembang dari keduanya yang bertatapan lama. Lalu, lagu dari salah seorang penyanyi terdengar senada menyusul kata-kata Ara.
Sesungguhnya dia ada di dekatmu
Tapi kau tak pernah menyadari itu
berhentilah mencari

karena kau tlah menemukannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar