Rabu, 16 Desember 2015

Waktu untuk Logikamu

Terkadang, menjadi orang lain memiliki keasyikan tersendiri. Bergabung dengan seseorang dan memaksa menjadi seperti dirinya. Mungkin, asyik. Seseorang bisa membuat kita yang susah bergaul menjadi mudah mengenal orang lain, meski hanya  mengenal . Membuat kita yang kurang akan pengetahuan tentang lingkungan sekitar menjadi tahu. Tapi, senyaman apa kita mendapatkan manfaat itu dengan cara orang lain? Sekali dua kali mungkin merasa senang, karena hal yang sebelumnya belum didapatkan menjadi sangat mudah didapatkan dalam hitungan hari. Namun, coba tanyakan pada diri kita. Senyaman apakah mengikuti orang lain? Senyaman apakah berada dalam cara hidup orang lain? Ketika itu, mungkin hati akan mulai berontak ketika ketidaknyamanan itu terjadi. Lalu, apa yang harus dilakukan? Yang harus dilakukan hanyalah bahagia dengan cara kita sendiri. Keluarlah dari zona nyaman yang mengelabui hati. Percayakanlah hanya pada hati untuk mendapatkan kebahagiaan yang tidak hanya dirasakan dalam tubuh kita, tapi juga batin kita. Buka hati dan pikiran! Ini saatnya gunakan logika untuk mempertimbangkan apa yang hati rasakan!

Sabtu, 12 Desember 2015

Titrasi Hidupku

inilah caraku. caraku menetralkan pikiran dan suasana hati yang tergores, karena.. hm kalian? Entahlah. aku memang tak sehebat kalian. aku tidak pintar. aku tidak cantik. aku kurang peka. aku kurang perhatian. aku kurang dalam segala hal. cara kalian menjudgeku, menertawakan kelemahanku, dan menganggap kalian terhebat. itu semua cukup bagus. rasanya sakit. entahlah!! aku hanya ingin kenyaman berpihak kepadaku juga. aku bertanggung jawab kepada diriku tentang itu. kalian terlalu baik untuk menegurku disaat aku sedang leleah-lelahnya setelah kepergianku tanpa arah. aku memang tidak ada beberapa saat lalu. aku tak perlu bercerita kemana aku. karena kalian sendiri sudah menerka dimana keberadaanku. terima kasih kalian.. terima kasih telah memeberiku waktu dalam kesunyian untuk diam merenungi jalan yang telah kuambil. memberiku keheningan untuk sekedar merasakan langkah yang memusingkan ini. semoga hatiku selalu baik-baik saja. tanpa luka. tanpa perih. aku hanya ingin mengerti, seberapa asamnya hidup ini. hidup yang seakan lebur, tapi tak hancur. dan mungkin, inilah caraku mentitrasi semua hal dalam diriku. menetralkan keadaan dengan kamar kecil ini sebagai larutan standar dan hatiku yang sedikit ditambahkan indikator kesunyian. hanya perlu beberapa tetes saja untuk menetralkannya. itupun jika tak terlalu banyak kadar H+ yang terkandung didalamnya. dan hanya perlu sedikit waktu saja untuk mentitrasi ini kembali.
"Namun, inilah hidup. Ada banyak jalan. Ada banyak halangan. Dan mungkin kita tak tahu. Siapa sesungguhnya teman. Siapa lawan"

Yang Lebih Indah dari Sekedar Mimpi

           “Terkadang, mimpi tidak akan menjadi kenyataan.
Namun, kau harus terus bermimpi
untuk meraih apa yang ingin kau wujudkan dalam hidup ini.
Karena, yang terpenting bukan apa yang bisa kau miliki.
Namun, bagaimana kau bahagia dengan apa yang kau miliki.”

Mimpiku di Ilmu dan Teknologi Pangan IPB (mungkin) pupus. Aku tidak ingin terlalu egois menyikapi hidup ini. Siapa aku? Darimana aku? Bagaimana aku? Aku harus cukup sadar diri. Aku bukan mundur karena tak mampu. Aku hanya ingin memberikan mereka-mereka berpeluang lebih besar. :D
Kampus IPB, kampus idamanku sejak aku memutuskan untuk melanjutkan untuk kuliah. Basic SMK Swasta yang kusandang seakan menciutkan nyaliku untuk bersaing bersama mereka. Entah mengapa, hanya ada IPB didalam anganku. Namun, perjalananku mencantumkan IPB sebagai pilihan PTN dalam SNMPTN 2015 gagal. Aku memilihnya satu kali dan tak pernah memilihnya lagi. Seakan sadar, aku lebih memilih Universitas Negeri di Purwokerto sebagai pilihan PTNku (dengan jurusan yang sama).
Selain itu, bagaikan tak ingin kehilangan kesempatan seleksi (gratis) nasional, akupun mendaftarkan diriku dalam jalur SPAN-PTKIN. Seleksi nasional seperti SNMPTN dibawah Kementrian Agama yang dilaksanakan oleh seluruh Perguruan Tinggi Islam Negeri di Indonesia. Minatku dalam dunia pertanian tak hilang. Aku cari dan akhirnya aku menemukan di UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Akupun mendaftarkannya dalam urutan pertamaku “Agroteknologi”.
Aku, SMK, swasta, angkatan pertama dalam jurusanku. Membuatku seakan merasa menarik diri dari seleksi nasional itu. Minder. Merasa berharap terlalu tinggi. But never mind. Semua harus dicoba. Semua harus diusahakan.
9 Mei 2015, aku gagal dalam SNMPTN. Kecewa? Pasti. Tapi, yasudahlah.. Bukankah memang belum tempatku berada diantara mereka. Ada tempat yang Allah siapkan untukku dan untuk pribadiku kedepannya. Dan 12 Mei 2015, kelulusan SPAN-PTKIN. Seakan berharap besar, aku bersemangat dan untuk yang ini aku tak ingin dikecewakan dengan kata “maaf” lagi dari sistem. And finally, “Aku dinyatakan DITERIMA”.




                Dan saat aku menuliskan kisah ini, aku sudah terdaftar sebagai mahasiswi Agroteknologi IA UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Mungkin, inilah jalan terbaik Allah untuk diriku. Menyeimbangkan dalam pencarian ilmu dunia dan akhirat. Seketika, motto hidup yang selalu aku andalkan muncul “Selama yakin, tak ada yang tak mungkin. Percaya diri! Aku lebih hebat dari apa yang aku bayangkan”. J./