Kamis, 14 Agustus 2014

sekolah jangan cuma sekolah

                        
 “IP (Indeks Prestasi) membawamu pada wawancara kerja, tetapi kepemimpinan lah yang membuatmu sukses”
-Anies Baswedan-

Dalam suatu acara TV yang bertema “Sang Pendobrak”, tim kreatif acara itu menghadirkan Anas Urbaningrum,  Anies Baswedan, dan Sandiaga S Uno. Pembawa acara itu tampak memilah-milah pertanyaan. Lalu akhirnya dia bertanya:
“Anda bertiga adalah para pendobrak. Banyak kelebihan yang ada pada diri Anda bertiga. Kira-kira, persamaan Anda bertiga ini apa”
“Saya kira kami bertiga berangkat dari hal yang sama..”, kata Anas menjawab.
“Saya, Anies (Anies Baswedan), dan Sandi (Sandiaga S Uno) ini meniti dari bawah ya, nggak langsung ada seperti sekarang ini. Kami bertiga berusaha dari bawah, berusaha melakukan yang terbaik untuk menyelesaikan tugas-tugas kami, dan semacamnya”.
Pembaca acara itu mengangguk-angguk. Sandiaga S Uno tersenyum.
“Satu lagi..”, sambung Anies Baswedan. “saya pikir kami bertiga berangkat dari rahim yang sama..yakni rahim aktivis”
“Jadi..”, tutur pembawa acara. “kegiatan berorganisasi, menjadi aktivis, itu yang membentuk Anda bertiga?”
“Ya…”
Jikalau kita sudah menginjakkan kaki di tempat perjuangan untuk belajar ini, kita akan dihadapkan pada banyak pilihan. Hidup adalah pilihan, begitu kata pepatah Barat. Setiap pilihan mengandung resiko. Tinggal ambil pilihan itu dan tanggung resikonya. Bagi saya, tidak masalah memilih yang mana saja, asal keputusan itu diambil setelah melalui proses perenungan dan pembacaan masa depan.

Sebuah studi menunjukkan bahwa kemampuan hard skill yang kita pelajari secara formal ternyata menyumbang 20% kesuksesan. Menarik memang, tetapi ada yang lebih menarik lagi. Ternyata, 80% faktor kesuksesan lainnya ditopang oleh soft skill yang kita pelajari di kegiatan di luar kuliah. Jadi, selain kemampuan teknis sesuai bidang masing-masing, ada juga kemampuan lain khas soft skill yang harus kita kuasai: cara mengendalikan emosi, luwes bergaul, kualitas memimpin,  kemampuan menyelesaikan masalah, cara menyusun visi, dan lainnya. Dan menariknya, itu hanya bisa dipelajari lewat organisasi.

Bagi saya, berorganisasi berarti belajar. Belajar apa saja. Belajar cara menyusun visi, belajar cara memimpin, belajar cara bergaul, dan sejenisnya. Bagi saya, keyakinan akan bergunanya kemampuan soft skill inilah yang menjadi latar belakang saya untuk masuk ke dunia organisasi. Dan saya pikir, masuk organisasi adalah hal yang cukup bernilai untuk kita pertimbangkan. Setidaknya, saya melakukan itu demi masa depan saya nanti.

Di organisasi, kita dilatih untuk memimpin, berkontribusi untuk masyarakat, sekaligus mengembangkan diri. Jelas ada hambatan di sana, tetapi obat yang pahit itu diperlukan untuk menyembuhkan penyakit bukan? Organisasi memang dibentuk untuk menyalurkan minat dan bakat masing-masing sekaligus untuk meningkatkan kualitas soft skill santri. Dan saya memilih untuk tidak menyia-nyiakan fasilitas yang disediakan.

Yah, setidaknya masuklah ke dalam organisasi yang kira-kira bisa mengantarkanmu meraih mimpi-mimpimu. Dan setidaknya, cobalah buat keputusan yang menarik agar alur hidupmu di dunia pendidikan pendidikan bisa mempesona. Akhirnya, seperti kata Anies Baswedan yang saya kutip di awal tulisan, “IP (Indeks Prestasi) membawamu pada wawancara kerja, tetapi kepemimpinan lah yang membuatmu sukses”, saya rasa organisasi bisa menggenapkannya.


Dikutip dari http://ayomasukui.com/ dan diolah dengan bahasa sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar