“IP (Indeks Prestasi) membawamu pada wawancara
kerja, tetapi kepemimpinan lah yang membuatmu sukses”
-Anies Baswedan-
Dalam suatu acara TV
yang bertema “Sang Pendobrak”, tim kreatif acara itu menghadirkan Anas
Urbaningrum, Anies Baswedan, dan Sandiaga S Uno. Pembawa acara itu tampak
memilah-milah pertanyaan. Lalu akhirnya dia bertanya:
“Anda bertiga adalah
para pendobrak. Banyak kelebihan yang ada pada diri Anda bertiga. Kira-kira,
persamaan Anda bertiga ini apa”
“Saya kira kami bertiga
berangkat dari hal yang sama..”, kata Anas menjawab.
“Saya, Anies (Anies
Baswedan), dan Sandi (Sandiaga S Uno) ini meniti dari bawah ya, nggak langsung
ada seperti sekarang ini. Kami bertiga berusaha dari bawah, berusaha melakukan
yang terbaik untuk menyelesaikan tugas-tugas kami, dan semacamnya”.
Pembaca acara itu
mengangguk-angguk. Sandiaga S Uno tersenyum.
“Satu lagi..”, sambung
Anies Baswedan. “saya pikir kami bertiga berangkat dari rahim yang sama..yakni
rahim aktivis”
“Jadi..”, tutur pembawa
acara. “kegiatan berorganisasi, menjadi aktivis, itu yang membentuk Anda
bertiga?”
“Ya…”
Jikalau kita sudah
menginjakkan kaki di tempat perjuangan untuk belajar ini, kita akan dihadapkan
pada banyak pilihan. Hidup adalah pilihan, begitu kata pepatah Barat. Setiap
pilihan mengandung resiko. Tinggal ambil pilihan itu dan tanggung resikonya.
Bagi saya, tidak masalah memilih yang mana saja, asal keputusan itu diambil
setelah melalui proses perenungan dan pembacaan masa depan.
Sebuah studi
menunjukkan bahwa kemampuan hard skill yang kita pelajari secara formal
ternyata menyumbang 20% kesuksesan. Menarik memang, tetapi ada yang lebih
menarik lagi. Ternyata, 80% faktor kesuksesan lainnya ditopang oleh soft skill
yang kita pelajari di kegiatan di luar kuliah. Jadi, selain kemampuan teknis
sesuai bidang masing-masing, ada juga kemampuan lain khas soft skill yang harus
kita kuasai: cara mengendalikan emosi, luwes bergaul, kualitas memimpin,
kemampuan menyelesaikan masalah, cara menyusun visi, dan lainnya. Dan
menariknya, itu hanya bisa dipelajari lewat organisasi.
Bagi saya,
berorganisasi berarti belajar. Belajar apa saja. Belajar cara menyusun visi,
belajar cara memimpin, belajar cara bergaul, dan sejenisnya. Bagi saya,
keyakinan akan bergunanya kemampuan soft skill inilah yang menjadi latar
belakang saya untuk masuk ke dunia organisasi. Dan saya pikir, masuk organisasi
adalah hal yang cukup bernilai untuk kita pertimbangkan. Setidaknya, saya
melakukan itu demi masa depan saya nanti.
Di organisasi, kita
dilatih untuk memimpin, berkontribusi untuk masyarakat, sekaligus mengembangkan
diri. Jelas ada hambatan di sana, tetapi obat yang pahit itu diperlukan untuk
menyembuhkan penyakit bukan? Organisasi memang dibentuk untuk menyalurkan minat
dan bakat masing-masing sekaligus untuk meningkatkan kualitas soft skill santri.
Dan saya memilih untuk tidak menyia-nyiakan fasilitas yang disediakan.
Yah, setidaknya
masuklah ke dalam organisasi yang kira-kira bisa mengantarkanmu meraih
mimpi-mimpimu. Dan setidaknya, cobalah buat keputusan yang menarik agar alur
hidupmu di dunia pendidikan pendidikan bisa mempesona. Akhirnya, seperti kata
Anies Baswedan yang saya kutip di awal tulisan, “IP (Indeks Prestasi) membawamu
pada wawancara kerja, tetapi kepemimpinan lah yang membuatmu sukses”, saya rasa
organisasi bisa menggenapkannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar