Jumat, 24 April 2020

Pertanian Semi Organik

Produk pertanian organik yang telah menjadi tren menjadikan banyak orang mulai beralih ke budidaya pertanian organik. Namun, tidak sedikit pula yang mengeluhkan tentang rumitnya beralih dari pertanian konvensional ke pertanian organik. Oleh karena itu, terdapat sistem pertanian semi organik yang dapat dijadikan alternatif untuk memulai merintis pertanian organik.

Pertanian semi organik merupakan suatu bentuk tata cara pengolahan tanah dan budi daya tanaman dengan memanfaatkan pupuk yg berasal dari bahan organik dan pupuk kimia untuk meningkatkan kandungan hara yg di miliki oleh pupuk organik. Pertanian semi organik bisa di katakan pertanian yg ramah lingkungan, karena dapat mengurangi pemakaian pupuk kimia sampai di atas 50% .Hal tersebut dikarenakan pupuk organik yg dimasukan 3% dari lahan akan dapat menjaga kondisi fisika, kimiawi, dan biologi tanah agar bisa melakukan salah satu fungsinya untuk melarutkan hara menjadi tersedia untuk tanaman selain untuk menyediakan ketersediaan unsur mikro yg sulit tersedia oleh pupuk kimia (Suyono & Hermawan, 2006).

Pertanian semi organik merupakan suatu langkah awal untuk kembali ke sistem pertanian organik. Hal ini karena perubahan yang ekstrem dari pola pertanian modern yang mengandalkan pupuk biomasa akan berakibat langsung terhadap penurunan hasil produksi yang cukup drastis dan semua itu harus ditanggung langsung oleh pelaku usaha tersebut. Selain itu penghapusan pestisida sebagai pengendali hama dan penyakit yang sulit dihilangkan, karena tingginya ketergantungan mayoritas pelaku usaha terhadap pestisida (Klinik Pertanian Organik , 2015).

Pertanian organik dapat menjadi langkah awal untuk membuat perubahan secara gradual menuju pola pertanian organik. Khusus untuk tanaman pangan, pertanian semi organik akan memberi nilai tambah untuk pelaku usaha dengan turunnya biaya produksi tanpa harus diiringi dengan turunnya hasil produksi dan ramah lingkungan. Pada tanaman hortikultura, pola pertanian semi organik merupakan bentuk upaya penekanan pemakaian pestisida menjadi non pestisda, sehingga resiko residu pestisida yang tertinggal pada tanaman dapat dihilangkan tanpa harus mengurangi pendapatan pelaku usaha dan berkurangnya pasokan kebutuhan di tingkat pasar umum (Suyono & Hermawan, 2006).

Referensi:
Suyono, A., & Hermawan, R. (2006). Analisis Kelayakan Usahatani Padi pada Sistem Pertanian Organik di Kabupaten Bantul. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian, Jurusan Penyuluhan Pertanian. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Magelang.
Klinik Pertanian Organik . (2015). Padi Samudera Pasai, Aceh Utara. Retrieved from www.klinikpertanianorganik.com/tag/padi-semi-organik/

Selasa, 21 April 2020

Pestisida Nabati Babadotan


Gulma dianggap sebagai pengganggu tanaman budidaya, karena keberadaannya dapat menyebabkan kompetisi unsur hara. Selain itu, gulma juga dapat menjadi rumah sekunder dari beberapa jenis hama. Namun, beberapa jenis gulma dapat digunakan untuk membasmi hama. Salah satunya adalah babadotan.

Babadotan (Ageratum conyzoides) atau biasa disebut bandotan (Sunda), wedusan (Jawa), dus-bedusan (Madura), rumput balam (Melayu Pontianak), serta Billygoat-weed, Goatweed, Chick weed, atau Whiteweed dalam bahasa Inggris. Tumbuhan ini mudah ditemui di pekarangan rumah, tepi jalan, tanggul, ataupun saluran-saluran air. Tumbuhan ini merupakan tanaman liar, sehingga disebut sebagai gulma alias tumbuhan pengganggu.

Babadotan memiliki kandungan saponin, flavonoid, polifenol, kumarine, eugenol 5%, hidrogen sianida (HCN), dan minyak atsiri. Tumbuhan ini memiliki fungsi repellent (penolak) pada serangga, karena memiliki aroma yang menyengat.

Cara membuat pestisida nabati babadotan
Bahan dan Alat
Cara Pembuatan
Cara Penggunaan
OPT Sasaran
½ kg daun babadotan
1 liter air
1 gram deterjen/
sabun
Rajang daun
babadotan,
rendam dalam 1
liter air selama
24 jam. Saring.
Tambahkan
deterjen. Aduk
hingga rata
Semprotkan keseluruh bagian
tanaman yang
terserang pada
pagi dan sore
hari
Hama secara umum


Minggu, 19 April 2020

Pestisida Nabati Bawang Merah

Siapa sih yang ga kenal bawang merah? Pasti ngga asing banget lah sama yang satu ini. Salah satu yang wajib ada di dapur temen-temen. Tapi tau ga sih kalo bawang merah juga bisa digunakan sebagai pestisida nabati? Di postingan aku yang sebelumnya, udah dibahas tentang Pestisida Nabati Bawang Putih, nah kali ini aku mau bahas saudaranya, yaitu Bawang Merah.


Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan komoditas hortikultura yang sangat strategis di Indonesia. Hampir semua rumah tangga mengkonsumsi bawang merah setiap hari. Selain karena alasan citarasa, sebagian orang mengkonsumsi bawang merah karena manfaat yang terkandung dalam bawang merah, yaitu multivitamin, mineral dan anti oksidan. Bawang merah merupakan tanaman yang membentuk rumpun, tumbuh tegak, dan memiliki tinggi 15-40 cm.

Cara pembuatan pestisida nabati dari bawang merah adalah:

Cara 1
Bahan dan Alat
Cara Pembuatan
Cara Penggunaan
OPT Sasaran
85 g bawang
merah
50 ml minyak
sayur
10 ml deterjen/ sabun 950 ml air
Alat penyaring
Botol
Campurkan
bawang merah
dengan minyak
sayur. Biarkan
selama 24 jam.
Tambahkan air
dan sabun. Aduk
hingga rata
Campurkan
larutan dengan air
dengan perbandingan 1 : 19 atau 50 ml
larutan dengan
950 ml air. Kocok
sebelum digunakan.
Semprotkan ke
seluruh bagian
tanaman yang
terserang pada
pagi hari
Kutu kebul


Cara 2
Bahan dan Alat
Cara Pembuatan
Cara Penggunaan
OPT Sasaran
1 kg bawang merah
1 liter air
Panci
Ember
Alat penyaring
Didihkan air
dalam panci,
hancurkan
bawang merah
dan masukkan ke
dalam air mendidih.
Biarkan selama
24 jam kemudian
Disaring
Tambahkan 1 liter
larutan dengan 10
liter air.
Semprotkan ke
seluruh bagian
tanaman yang
terserang pada
pagi atau sore
hari.
Semut, tungau, dan trips



Cara 3
Bahan dan Alat
Cara Pembuatan
Cara Penggunaan
OPT Sasaran
50 g bawang merah
1 liter air
Ember
Alat penyaring
Hancurkan
bawang merah
tambahkan air.
Aduk sampai
rata dan
kemudian
disaring
Semprotkan ke
seluruh bagian
tanaman yang
terserang OPT
pada pagi atau
sore hari
Alternaria, antraknos, Fusarium, busuk daun


Referensi
Kementerian Pertanian. 2012. Pembuatan Pestisida Nabati.
Rahayu, E., & Berlian, N. (1999). Bawang Merah. Jakarta: Penebar Swadaya.

Kamis, 16 April 2020

Pestisida Nabati Bawang Putih


Kita semua pasti tahu bawang putih. Bawang putih merupakan salah satu bumbu masakan yang terdapat hampir di setiap dapur rumah kita. Tapi tahukah kamu kalau bawang putih juga dapat digunakan sebagai bahan pembuatan pestisida nabati?

Bawang putih (Allium sativum) merupakan tanaman yang umbinya dapat dimanfaatkan. Bawang putih dalam bahasa lain dengan nama daerah Lasum, bawang mental, bawang hong, bawang handak, palasuna (Sumatera); bawang bodas, bawang putih, bhabang pote (Jawa);: laisona maboteik (Nusa Tenggara); lasuna kebo, lasuna pute (Sulawesi); bawa subodo, bawa iso (Maluku).


Ciri-ciri tanaman ini adalah tanaman herba, semusim, tinggi 50-60 cm. Berakar serabut kecil dalam jumlah banyak. Berbatang semu, beralur, dan hijau. Daun tunggal, berupa reset akar bentuk lanset, tepi rata, ujung runcing, beralur, panjang 60 cm, lebar ± 1,5 cm, menebal dan berdaging serta mengandung persediaan makanan yang terdiri atas subang yang dilapisi daun sehingga menjadi umbi lapis, berwarna hijau. Bunga memiliki 3 daun kelopak, dan 3 daun mahkota serta 6 benang sari. Buah tidak berdaging. Biji berbentuk kecil dan berwarna hitam.

Kandungan kimia yang terdapat dari bawang putih : Senyawa kimia yang terkandung dalam bawang putih antara lain tanin, minyak atsiri, dialilsulfida, aliin, alisin, enzim aliinase.
Bagian tanaman yang digunakan untuk ekstrak bawang putih adalah Seluruh bagian tanaman, umbi, daun dan bunga.

Cara kerjanya:
1. Penolak (repellent)
2. Bersifat sebagai insektisida, nematisida, fungisida, dan antibiotik

Cara pembuatan pestisida bawang putih:
Cara 1
Bahan dan Alat
Cara Pembuatan
Cara Penggunaan
OPT Sasaran
Bahan
85 gram
bawang putih
50 ml minyak sayur
10 ml deterjen/sabun
950 ml air

Alat
penyaring Botol
Campurkan
bawang putih
dengan minyak
sayur. Biarkan
selama 24 jam.
Tambahkan air
dan sabun.
Aduk hingga
rata. Simpan
dalam botol
paling lama 3
hari.
Campurkan
larutan dengan
air dengan
perbandingan 1
: 19 atau 50 ml
larutan dengan
950 ml air.
Kocok sebelum
digunakan.
Semprotkan ke
seluruh bagian
tanaman yang
terserang OPT
pada pagi hari
Ulat, hama
pengisap,
nematoda,
bakteri,
antraknos,
embun
tepung

Cara 2 
Bahan dan Alat
Cara Pembuatan
Cara Penggunaan
OPT Sasaran
Bahan
2 siung bawang
putih
Deterjen/sabun
4 cangkir air

Alat
penumbuk/blender
Alat penyaring
Botol
Hancurkan
bawang putih,
rendam
dalam air
selama 24
jam.
Tambahkan
air dan sabun.
Saring.
Masukkan
dalam botol
Tambahkan
larutan dengan
air dengan
perbandingan
1 : 9 air. Kocok
sebelum
digunakan.
Semprotkan ke
seluruh bagian
tanaman yang
terserang ada
pagi hari
Cendawan

Cara 3
Bahan dan Alat
Cara Pembuatan
Cara Penggunaan
OPT Sasaran
100 gram
bawang putih
2 sendok makan
minyak sayur
10.5 liter air
10 ml deterjen/sabun

Hancurkan
bawang putih.
Rendam dalam
minyak sayur
selama 24 jam.
Tambahkan ½
liter air dan
deterjen. Aduk
hingga rata.
Saring
Tambahkan 10
liter air kedalam
larutan. Aduk
hingga merata.
Semprotkan ke
seluruh bagian
tanaman yang
terserang OPT
pada pagi hari
Hama kubis,
Belalang dan
kutudaun

Referensi:
Kementerian Pertanian. 2012. Pembuatan Pestisida Nabati.
https://paktanidigital.com/