Akan ada masanya dalam hidurpmu ada seseorang yang dulu begitu berarti dan sekarang mengucapkan, "Hei kamu, apa kabar?". aku tidak akan membahas siapa itu, karena disini akulah yang akan menanyakan kepadamu. kamu, apa kabar? terima kasih kenyamanannya untuk beberapa tahun yang lalu. bukan aku tak bisa melupakan ataukah aku masih mnegenangmu, namun terima kasih karenamu aku sekarang mengerti apa itu mencari dan menunggu. menunggu untuk menemukan orang yang tepat pada masanya (Semoga). tentang cinta yang pernah terungkapkan, kenyamanan yang tak pernah telantunkan, dan tentang penyesalan saat tiba-tiba merasakan kehilangan. semua baru terasa. dulu, aku kira kamu hanya berevolusi di titik terjauhmu, namun sekarang aku tau bahwa kamu takkan pernah kembali lagi pada garis edarmu. mungkin saja kamu telah memilih untuk pindah ke galaksi lain ataukah kamu telah singgah di planet lain dan memutuskan lintas revolusimu dalam duniaku. terima kasih telah memberiku pemahaman bahwa seseorang itu bisa datang hanya untuk dijadikan pelajaran. dan terima kasih pelajarannya, karena telah tiba-tiba menjauh dan disitu aku tau apa arti mundur secara perlahan. dan maafkan atas ketidakpekaanku selama bersamamu.
Hei kamu, sekarang aku telah bahagia dan tak berniat sedikitpun mengusikmu atau mengharapkanmu. dan kamu, jangan tiba-tiba datang untuk menanyakan perasaanku lagi terhadapmu, karena saat ini aku ingin menceritakan padamu bahwa dengannya aku sangat bahagia. I've found someone ;).
Everything I wanna write. Sometimes about Science, Agriculture, or anything else.. Enjoyyy!!!
Senin, 08 Agustus 2016
Kamis, 16 Juni 2016
Wanita Tiga Fase
Dalam
hidupnya, ia memiliki 3 fase. Bukan padat, gas, dan cair seperti dalam fisika.
Melainkan fase suasana hatinya yang berubah seiring perkembangan waktu. Dan
cinta yang telah merubah segalanya. Merubah fase-fase dalam hidupnya.
Fase
pertama dimulai ketika aku menemuinya pertama kali. Pribadi yang ramah, ceria,
baik, dan perhatian. Mungkin, karena inilah mereka menyukainya. Aku menyebutnya
mereka karena aku tahu tak hanya satu orang yang menyukainya. Salah satunya
pernah bercerita padaku tentang ketertarikan pada dirinya pada pertemuan kuliah
yang belum genap seminggu itu. Aku membenarkan semua perkataan orang itu
tentangnya, karena memang semua seperti itu. Namun, sebegitu cepatnyakah
manusia bisa jatuh cinta? Aku merupakan
orang yang sulit jatuh cinta dan tidak begitu mempercayai adanya kisah jatuh
cinta pada pandangan pertama. Bagaimana mungkin, seseorang begitu cepat
menyatakan cinta pada pertemuan yang kurang dari seminggu. Ah, entahlah. Cinta
bukan bahasanku dan aku bukan seorang ahli cinta.
Jika
kau pikir fase pertama itu aku isi dengan seseorang yang mencintanya kurang
dari seminggu tersebut, itu berarti kamu telah berpikiran salah. Saat ini, aku
akan membawamu pada seseorang yang benar-benar mengisi hidupnya di fase pertama
ini. Kesan pertama saat aku bertemu dengan seseorang itu adalah dia manis,
pendiam, pintar, dan mengagumkan. Setidaknya seperti itu saat pertama. Mungkin
hal itu juga yang dirasakan olehnya, sehingga saat pria manis itu menyatakan
cintanya, wanita tiga fase inipun tidak menolaknya.
Berjalan
dibalik layar tak membuat aku tak mengetahuinya. Kisah cinta yang manis saat
itu. Disinilah aku akan menambahkan satu karakteristik kepribadian yang ia
miliki. Manja. Sehingga ia tak lagi hanya memiliki 4 kepribadian seperti saat
aku bertemu dengannya. Pria cerdas, racun apakah yang telah kau bubuhkan dalam
setiap bait katamu pada temanku sehingga temanku bisa menambahkan satu
kepribadian dalam dirinya? Hebat sekali kau ini sehebat dirimu saat menerangkan
fisika di depan kelas kepada kami. Dan sehebat kau mengganti nama bunga
disamping masjid kampus kami dengan bunga Oktober.
Jika
terlalu banyak memakan coklat yang manispun pasti banyak efeknya. Sakit gigi
misalnya. Namun, dalam satu kisah cinta manis ini bukan sakit gigi tentunya
yang berefek pada diri. Tapi sakit hati. Orkestra sakit hati ini dimulai ketika
dia mengirimkan tulisan panjang dalam pesan singkatnya yang berintikan ingin
mengakhiri. Kepribadian wanita tiga fase inipun bertambah, karena ada kata
rapuh yang tiba-tiba muncul dalam dirinya. Disitulah aku baru mengerti bahwa
semanis apapun cinta dan secerdas apapun kau memainkan perannya, jika makhluk
yang bernama sakit hati datang, semua pasti akan merubah segalanya.
Fase
pertama menyisakan kenangan. Tentu saja kenangan yang selalu ikut campur dalam
setiap kisah. Maka, berakhir sudahlah kisah bunga Oktober. Fase selanjutnya
dimulai satu bulan setelah kau mengosongkan hatimu. Fase ini tak begitu lama.
Bukan karena tak ada yang diceritakan, namun aku lebih memilih untuk tidak
menceritakan. Bukan karena malas bercerita, namun aku lebih ingin pura-pura
buta, bisu, dan tuli akan kisah ini kepadamu.
Seorang
pria yang mengaku dirinya telalu menarik untuk dilihat. Seorang pria yang dari
awal aku meragukan kehidupan nanti saat ia telah bersamanya. Namun, seorang
pria itu juga yang telah membuatnya melayang untuk kedua kalinya. Dan parahnya
lagi aku melihatnya. Kepribadiannya tak ada yang bertambah, namun mungkin
berubah. Berubah menjadi sosok yang bahkan aku hampir tak dapat mencapaimu
untuk sekedar berkata “jangan”. Iya, jangan diteruskan jika bahkan tak tahu apa
posisi dirinya di hati dan hidup pria itu.
Bukan
wanita meminta lebih, namun dalam sebuah hubungan bagiku penting adanya sebuah
status setelah kenyamanan. Hal ini terjadi padanya, hubungan yang tak pernah
berstatus itu kandas dan tentu saja dalam cerita seperti ini yang tersakiti
adalah wanita. Jika kalian bertanya alasannya, maka pernahkah kalian mendengar
bahwa wanita lebih mengutamakan perasaan dan pria lebih mengutamakan logika.
Mungkin inilah yang membuat wanita lebih tersakiti dan pria akan bersikap biasa
saja. Apalagi dengan tidak adanya status yang disandangnya.
Selepas
fase kedua ini, tentu saja kita langsung ke fase yang ketiga. Fase setelah
perginya orang itu. Dalam fase ini tak lagi ada kehidupan pria manapun dalam
dirinya hingga saat ini. “Aku itu ga pernah pacaran dalam bulan-bulan awal”. Mungkin,
karena kalimat itulah yang diagungkan oleh wanita ini yang membuat dirinya
belum menemukan cintanya lagi. Cinta?
Cinta macam apakah jika akhirnya selalu menyakitkan.
Dalam
fase ini aku hampir saja tak menemui dirinya. Dirinya yang memiliki kepribadian
seperti dulu. Dia yang lebih sering terlihat rapuh daripada ceria. Dia yang
terlihat ceria namun dipaksakan. Dia yang
terlihat lebih sering memaksakan apapun yang diinginkannya dengan cara yang
hampir aku tak mengerti. Memang, terkadang efek sakit hati itu luar biasa.
disaat seperti ini pilihanmu hanya satu, melupakan. Jika kau sudah berhasil
melupakan maka kau juga akan meninggalkan, namun jika kau hanya meninggalkan
bisa jadi kenangan itu akan selalu ada. Setelah kau berhasil melupakan, yang
harus dilakukan hanya mengikhlaskan.
Namun
sayangnya, wanita ini tidak menempuh jalur itu. Dia harus menempuh jalan yang
dinamakan “memuakkan”. Muak bahkan hanya ketika mendengar namanya disebut saja.
Disaat seperti ini aku baru tahu bahwa ada jalur baru dalam mengikhlaskan
cerita.
Rabu, 11 Mei 2016
Tak
ada yang lebih bodoh daripada terus menerus berpikiran buruk tentang sesuatu
hal yang dilakukannya di luar sana. Kecewa terhadap ketiadaan dirinya yang
bahkan aku sendiri tahu dia dimana. Hanya karena semua terlihat menyedihkan,
lalu begitu saja aku dengan mudah menyalahkan keadaan? Bodoh!! Namun, bisakah
kau jabarkan wahai diriku mengenai kebodohanku ini? Aku tak begitu mengerti.
Ayolah bekerja sama antara logika dan perasaan. Jangan terus menerus melibatkan
perasaan. Kau boleh bersikap romantis didalam setiap alunan kata yang kau
hasilkan dibalik jemarimu. Kau boleh puitis ketika omongan yang tak sengaja itu
keluar dari bibirmu. Namun, kau harus bersikap realistis terhadap hidup ini,
teman. Hidup ini terlalu keras jika kau hanya mengandalkan perasaan yang bahkan
kau sendiri tidak begitu paham seberapa kerasnya atau seberapa rapuhnya. Sekali
lagi, jangan pernah bertindak bodoh untuk mengkhawatirkan sesuatu hal yang
seharusnya tak pernah kau lakukan. Jangan pernah bertindak bodoh untuk
mengecewakan hal yang seharusnya bisa kau pahami sendiri. Percayalah, hidup itu
tak melulu soal perasaan. Berpikirlah realistis.!!
Bandung,
10 Mei 2016
Minggu, 13 Maret 2016
Metamorfosis(ku tentang) "Kamu"
Ketika kamu yang dulu ku kagumi berubah menjadi kamu yang kusayangi, aku bisa apa?
Ketika kamu yang dulu ku pertanyakan menjadi kamu yang ku inginkan, aku bisa apa?
Ketika kamu yang dulu ada dalam khayalan menjadi kamu dalam kenyataan, aku bisa apa?
Aku dulu mengagumi dari jauh. mengagumi dirimu yang kutemui duduk didepanku. yang jelas bukan tepat dihadapanku. namun, didepanku menyisakan ruang kosong beberapa cm dari aku berada.
Aku dulu mengagumi dari dekat. mengagumi dirimu yang bercerita tentang fantasi asyiknya duniamu. yang jelas bukan bercerita dihadapanku. namun, bercerita dengan jasa chatting online.
Semakin banyak waktu mengagumimu, semakin banyak hal yang kupertanyakan pada diriku.
Aku menanyakan dimana posisimu di hatiku? Menanyakan dimana aku di posisi hatimu? Menanyakan siapakah kamu bagiku dan siapakah aku bagimu. Namun, pertanyaan itu berubah sekarang. Kamu berubah menjadi orang yang aku inginkan. Tentu saja bukan ku inginkan untuk masuk dalam khayalan ceritaku. Namun, kamu menjadi orang yang aku inginkan masuk kedalam kehidupanku dan masuk kedalam indahnya duniamu yang pernah kau kisahkan padaku.
Kamu dulu masuk dalam khayalanku. khayalkan tentang adanya kamu yang selalu ada didalam setiap hariku. khayalan tentang sosokmu yang kembali jatuh hati dan itu karena aku. khayalan tentangmu yang tiba-tiba saja menyatakan isi hatimu padaku. Namun, khayalan itu telah berubah menjadi kenyataan. terimakasih telah me"nyata"kan segala khayalanku.
Untuk "kamu" yang sedang membaca tulisan tak berhargaku ini,
"Jangan singgah sebentar, tapi tetaplah tinggal".
Ketika kamu yang dulu ku pertanyakan menjadi kamu yang ku inginkan, aku bisa apa?
Ketika kamu yang dulu ada dalam khayalan menjadi kamu dalam kenyataan, aku bisa apa?
Aku dulu mengagumi dari jauh. mengagumi dirimu yang kutemui duduk didepanku. yang jelas bukan tepat dihadapanku. namun, didepanku menyisakan ruang kosong beberapa cm dari aku berada.
Aku dulu mengagumi dari dekat. mengagumi dirimu yang bercerita tentang fantasi asyiknya duniamu. yang jelas bukan bercerita dihadapanku. namun, bercerita dengan jasa chatting online.
Semakin banyak waktu mengagumimu, semakin banyak hal yang kupertanyakan pada diriku.
Aku menanyakan dimana posisimu di hatiku? Menanyakan dimana aku di posisi hatimu? Menanyakan siapakah kamu bagiku dan siapakah aku bagimu. Namun, pertanyaan itu berubah sekarang. Kamu berubah menjadi orang yang aku inginkan. Tentu saja bukan ku inginkan untuk masuk dalam khayalan ceritaku. Namun, kamu menjadi orang yang aku inginkan masuk kedalam kehidupanku dan masuk kedalam indahnya duniamu yang pernah kau kisahkan padaku.
Kamu dulu masuk dalam khayalanku. khayalkan tentang adanya kamu yang selalu ada didalam setiap hariku. khayalan tentang sosokmu yang kembali jatuh hati dan itu karena aku. khayalan tentangmu yang tiba-tiba saja menyatakan isi hatimu padaku. Namun, khayalan itu telah berubah menjadi kenyataan. terimakasih telah me"nyata"kan segala khayalanku.
Untuk "kamu" yang sedang membaca tulisan tak berhargaku ini,
"Jangan singgah sebentar, tapi tetaplah tinggal".
Kamis, 25 Februari 2016
Kamis malam, untuk(mu)
Selamat malam kamu yang disana. Senang bisa bertemu kamu didalam bayangan dan halusinasiku. Meski tak jelas kulihat dirimu dan senyum khasmu yang pernah kulihat sebelumnya dalam dunia nyata. Namun, percayalah aku sudah cukup tahu bahwa hari ini, kamu baik baik saja. Maaf, menyimpulkan sendiri keadaan dirimu hari ini. Karena, aku memang hanya bisa melihat barisan tulisanmu dalam dunia maya dan aku langsung saja menyimpulkan kamu baik baik saja.
Bagaimana harimu? Pasti lebih menyenangkan daripada aku yang hanya terus menunggu. Menunggu hpku berdering ketika ada pesan masuk darimu. Menunggu kamu memberikan sapaan. Atau hanya sekedar menyukai statusku yang banyak bertebaran di dunia maya. Semuanya. Aku menunggu hal tentangmu. Setidaknya untuk hari ini.
Kamu tahu, tadi aku bertemu dengan seseorang. Dan dia berhasil mengingatkan aku tentangmu. Dan apakah kamu tau (lagi), di saat itu aku harus terus menutupi perasaanku. Perasaan?
Perasaan yang seperti apa? Apakah aku memiliki perasaan terhadapmu? Mungkinkah? Kurasa tidak. Aku tidak berani menyebut apa nama perasaan ini. Terlebih lagi jika harus mengatakan bahwa perasaanku ini disebut dengan cinta. Itu terlalu awal untukku menyebut itu dan terlalu konyol.
Percayalah.. Aku tak mudah mencintai orang baru.
Dan terakhir untukmu, tetaplah disitu, jangan pergi. Aku masih sedang bertanya kepada hatiku, kamu itu sebagai apa? :)
Bagaimana harimu? Pasti lebih menyenangkan daripada aku yang hanya terus menunggu. Menunggu hpku berdering ketika ada pesan masuk darimu. Menunggu kamu memberikan sapaan. Atau hanya sekedar menyukai statusku yang banyak bertebaran di dunia maya. Semuanya. Aku menunggu hal tentangmu. Setidaknya untuk hari ini.
Kamu tahu, tadi aku bertemu dengan seseorang. Dan dia berhasil mengingatkan aku tentangmu. Dan apakah kamu tau (lagi), di saat itu aku harus terus menutupi perasaanku. Perasaan?
Perasaan yang seperti apa? Apakah aku memiliki perasaan terhadapmu? Mungkinkah? Kurasa tidak. Aku tidak berani menyebut apa nama perasaan ini. Terlebih lagi jika harus mengatakan bahwa perasaanku ini disebut dengan cinta. Itu terlalu awal untukku menyebut itu dan terlalu konyol.
Percayalah.. Aku tak mudah mencintai orang baru.
Dan terakhir untukmu, tetaplah disitu, jangan pergi. Aku masih sedang bertanya kepada hatiku, kamu itu sebagai apa? :)
Rabu, 24 Februari 2016
Tentang hari ini, untuk(mu)
Untuk(mu),
Sehari lalu aku menemui diriku sekilas bersamamu. Senyumanku nyaman. Aku senang. Bahagia. Dan entah apa lagi. Yang jelas aku tidak jatuh cinta. Itu saja.
Namun, hari ini. Ketika waktu di kalender hpku sudah berganti menjadi hari ini dan tanggal ini. Kenapa semua begitu berbeda. Diawal pagi yang cerah aku berkata pada alam "this day will be OK". Grateful. I guess.
Namun apa, aku menemui diriku tak lagi bersemangat hanya untuk membalas pesan singkat darimu. Aku lebih sering mengaktifkan mode pesawat di hpku. --dan mungkin seharusnya begitu--. Kalau sajaa..
Ahh, kata "kalau saja". Iyaaa, kalau saja tidak ada hal penting yang harus aku selesaikan malam ini.
Jangan bayangkan aku menyelesaikan bersama orang spesial. Karena jika anggapanmu begitu pasti kaulah yang paling pertama aku tertawakan.
Ahh sudahlah, mengenai kamu, aku tidak begitu bersemangat melihat namamu di hpku hari ini. Terimakasih untuk hari hari kemarinnya. Akupun masih berharap hari itu datang lagi. Namun, sekarang? Semoga esok hari ketika aku bangun aku mengerti, sebenarnya kamu itu berada didalam hatiku sebelah mana?
Sehari lalu aku menemui diriku sekilas bersamamu. Senyumanku nyaman. Aku senang. Bahagia. Dan entah apa lagi. Yang jelas aku tidak jatuh cinta. Itu saja.
Namun, hari ini. Ketika waktu di kalender hpku sudah berganti menjadi hari ini dan tanggal ini. Kenapa semua begitu berbeda. Diawal pagi yang cerah aku berkata pada alam "this day will be OK". Grateful. I guess.
Namun apa, aku menemui diriku tak lagi bersemangat hanya untuk membalas pesan singkat darimu. Aku lebih sering mengaktifkan mode pesawat di hpku. --dan mungkin seharusnya begitu--. Kalau sajaa..
Ahh, kata "kalau saja". Iyaaa, kalau saja tidak ada hal penting yang harus aku selesaikan malam ini.
Jangan bayangkan aku menyelesaikan bersama orang spesial. Karena jika anggapanmu begitu pasti kaulah yang paling pertama aku tertawakan.
Ahh sudahlah, mengenai kamu, aku tidak begitu bersemangat melihat namamu di hpku hari ini. Terimakasih untuk hari hari kemarinnya. Akupun masih berharap hari itu datang lagi. Namun, sekarang? Semoga esok hari ketika aku bangun aku mengerti, sebenarnya kamu itu berada didalam hatiku sebelah mana?
Minggu, 21 Februari 2016
Aku kira aku sudah lebih baik
Aku kira aku sudah lebih baik, saat aku bangun dari tidur panjangku.
Aku kira aku sudah lebih baik, saat aku memasukkan susu beruang dan sari gandum ke dalam mulutku.
Aku kira aku sudah lebih baik, saat melihat hpku penuh dengan notifikasi.
Aku kira aku sudah lebih baik, saat aku sudah mau melepas jaket yang sejak kemarin menempel di tubuhku.
Namun,
Ternyata semua kalimat lebih baik itu musnah.
Saat aku masih merasakan betapa lemahnya tubuhku.
Saat aku merasakan ada sesuatu yang meronta ingin selalu keluarkan lewat mulutku.
Saat aku tak mampu untuk berdiri dalam waktu yang lama.
Saat aku merasakan dingin untuk hanya sekedar memegang air di kamar mandi.
Saat aku masih merasakan pahit ketika ada makanan melewati mulutku.
Dan aku tidak lebih baik saat semua notif di hpku tidak ada tentangmu. :')
Aku kira aku sudah lebih baik, saat aku memasukkan susu beruang dan sari gandum ke dalam mulutku.
Aku kira aku sudah lebih baik, saat melihat hpku penuh dengan notifikasi.
Aku kira aku sudah lebih baik, saat aku sudah mau melepas jaket yang sejak kemarin menempel di tubuhku.
Namun,
Ternyata semua kalimat lebih baik itu musnah.
Saat aku masih merasakan betapa lemahnya tubuhku.
Saat aku merasakan ada sesuatu yang meronta ingin selalu keluarkan lewat mulutku.
Saat aku tak mampu untuk berdiri dalam waktu yang lama.
Saat aku merasakan dingin untuk hanya sekedar memegang air di kamar mandi.
Saat aku masih merasakan pahit ketika ada makanan melewati mulutku.
Dan aku tidak lebih baik saat semua notif di hpku tidak ada tentangmu. :')
Senin, 15 Februari 2016
Teruntuk, Tuan "donatur" kenyamanan
Wahai tuan pemberi rasa nyaman, bagaimana kabarmu? Apakah kamu masih seperti saat terakhir aku bertemu denganmu? Bergaya klasik dengan tanpa memikirkan style kekinian. Berbicara pelan tapi mengagumkan. Tatapan mata redup tapi meyakinkan. Bercanda asal namun menyenangkan. Masihkan kamu seperti itu, wahai tuan?
Bagaimana kabar diriku di hatimu? Apakah ada tempat khusus untuknya? Ataukah aku hanya sebagai tempat pelarian saat kau bosan saja?
Saat aku bertanya seperti ini, pastilah tuan mengira aku berharap pada dirimu. Atau mungkin, tuan mengira aku telah jatuh cinta padamu.
Kalau anggapanmu seperti itu, maka kau salah tuan. Aku hanya penasaran dan ingin menanyakan kabar. Itu saja. Selebihnya, aku hanya ingin mengucapkan terima kasih untuk zona nyaman yang tuan berikan. Zona yang membuatku sempat berpikir bahwa aku memiliki "seseorang", dan saat itu aku hanya bisa berkata bahwa " aku salah".
Tapi, tidak mengapa tuan. Aku sudah cukup senang karena kamu hanya membiarkanku larut dalam kenyamanan, bukan larut dalam keadaan dimana aku terbang karena aku jatuh cinta.
Sekali lagi, terima kasih wahai tuan. Kalau boleh, aku ingin bertemu denganmu di penghujung hari ini. Supaya nantinya, saat aku terlelap aku bisa menggambarkan detailnya wajahmu yang sudah lama tak kujumpai.
Dariku pengagum kenyamananmu.
Minggu, 14 Februari 2016
Seseorang kemarin sore
Aku pernah bilang bahwa hujan selalu membawa kenangan. Kenangan yang seperti apa? Entahlah. Itu kejutan dari kenangan. Tiba tiba datang dan menelusup diam diam didalam hujan.
Siang ini, hujan membawaku pada sebuah kenangan tentang seseorang kemarin sore. Seseorang yang pernah tibatiba datang begitu saja tanpa diundang. Bukan datang dihadapanku. Bukan juga dipikiranku atau dihatiku. Bukan itu semua. Melainkan datang di zonaku yang lain. Entah zona seperti apa, tapi aku hanya menyebutnya zona yang lain. Aku acuh, karena mengingatnya seakan biasa saja. Tanpa kesan lebih. Membayangkan dirinya juga biasa saja. Caranya kepadaku juga biasa saja. Caraku kepadanya juga sama. Biasa saja.
Setidaknya itu penilaian "biasa saja" dari hatiku untuknya. Namun, demi apapun aku akui bahwa kali ini tidak ada yang lebih istimewa dari sebuah pesan singkat yang mengalir begitu saja. Let it flow. Aku akui lagi bahwa setiap aku menuliskan kata kata untuknya tidak ada yang spesial, biasa saja. Seperti tanpa hati. Ya, seperti itu memang. Tanpa topik menarik. Memang.
Terkadang, kesan untuk mengakhiri ada, bahkan besar. Namun, ketika tanpa semua itu perasaan hampa menyerang. Entahlah semua tentang apa. Kalau seperti ini namanya apa? Sebutannya apa?
Kisahku klasik. Bukan tentang kisah cinta atau sayang kepada seseorang. Bukan juga soal kagum. Tapi, ini soal hati yang bertanya tentang seseorang kemarin sore. :)
Siang ini, hujan membawaku pada sebuah kenangan tentang seseorang kemarin sore. Seseorang yang pernah tibatiba datang begitu saja tanpa diundang. Bukan datang dihadapanku. Bukan juga dipikiranku atau dihatiku. Bukan itu semua. Melainkan datang di zonaku yang lain. Entah zona seperti apa, tapi aku hanya menyebutnya zona yang lain. Aku acuh, karena mengingatnya seakan biasa saja. Tanpa kesan lebih. Membayangkan dirinya juga biasa saja. Caranya kepadaku juga biasa saja. Caraku kepadanya juga sama. Biasa saja.
Setidaknya itu penilaian "biasa saja" dari hatiku untuknya. Namun, demi apapun aku akui bahwa kali ini tidak ada yang lebih istimewa dari sebuah pesan singkat yang mengalir begitu saja. Let it flow. Aku akui lagi bahwa setiap aku menuliskan kata kata untuknya tidak ada yang spesial, biasa saja. Seperti tanpa hati. Ya, seperti itu memang. Tanpa topik menarik. Memang.
Terkadang, kesan untuk mengakhiri ada, bahkan besar. Namun, ketika tanpa semua itu perasaan hampa menyerang. Entahlah semua tentang apa. Kalau seperti ini namanya apa? Sebutannya apa?
Kisahku klasik. Bukan tentang kisah cinta atau sayang kepada seseorang. Bukan juga soal kagum. Tapi, ini soal hati yang bertanya tentang seseorang kemarin sore. :)
Jumat, 12 Februari 2016
Cerita yang dibawa hujan
Hujan selalu punya kisah dibalik tetesan airnya. Biasa memang. Namun, aku selalu bisa merasakan kehadiran hujan. Merasakan lebih dekat dengan suasana hatiku. Mungkin, hujan sebagai media aku mempedulikan hati. Mempedulikan diri sendiri.
Terkadang hujan mengingatkanku tentang sebuah kisah. Kisah indah tentang beberapa masa yang lalu. Kisah indah yang kini seakan terakhiri tanpa pernah dimulai.
Aku merindukan hujan sore itu, sore dimana aku pernah bertemu denganmu untuk yang kedua kalinya. Hujan ringan yang selalu bisa menghadirkan suasana berbeda. Tak terkecuali hari itu. Dari yang awalnya aku benci, aku enggan, aku lelah menjadi aku mau, aku suka, aku ingin.
Semua itu tak berlalu begitu saja, ada banyak detik terlewati yang begitu menyebalkan. Namun, pada akhirnya, diujung hari itu, aku menyatakan "terimakasih". "Diakhir hari ini, kamu adalah alasanku tersenyum".
Kisah ini bukan tentang mengapa hujan? Bagaimana hujan? Sebab hujan? Siapa hujan?
Namun, cerita ini kutulis ketika hujan seperti ini datang di tempat yang seperti sekarang ini dan di waktu yang hampir seperti ini.
Boleh dibilang aku sedang menceritakan kenangan. Kenangan yang dibawa hujan.
Terkadang hujan mengingatkanku tentang sebuah kisah. Kisah indah tentang beberapa masa yang lalu. Kisah indah yang kini seakan terakhiri tanpa pernah dimulai.
Aku merindukan hujan sore itu, sore dimana aku pernah bertemu denganmu untuk yang kedua kalinya. Hujan ringan yang selalu bisa menghadirkan suasana berbeda. Tak terkecuali hari itu. Dari yang awalnya aku benci, aku enggan, aku lelah menjadi aku mau, aku suka, aku ingin.
Semua itu tak berlalu begitu saja, ada banyak detik terlewati yang begitu menyebalkan. Namun, pada akhirnya, diujung hari itu, aku menyatakan "terimakasih". "Diakhir hari ini, kamu adalah alasanku tersenyum".
Kisah ini bukan tentang mengapa hujan? Bagaimana hujan? Sebab hujan? Siapa hujan?
Namun, cerita ini kutulis ketika hujan seperti ini datang di tempat yang seperti sekarang ini dan di waktu yang hampir seperti ini.
Boleh dibilang aku sedang menceritakan kenangan. Kenangan yang dibawa hujan.
Kamis, 11 Februari 2016
Hidup hanya perlu ditertawakan
Rasa itu muncul kembali. Seseorang yang datang dari masa kini kuharapkan bisa menjadi sandaran saat aku mulai seperti ini. Rasa tentang sebuah kisah perjalanan yang seperti biasa,, datang dan pergi seenaknya sendiri. Sebuah rasa tentang kejenuhan yang belum menemui titik temunya. Sebuah rasa yang pernah kusebut sebagai "kehilangan semangat".
Moodbooster???
Aku tak tahu apakah itu, sejenis manusia yang bisa merubah suasana hatikah? Ataukah sejenis suasana tak terduga yang dengan begitu cepat merubah kegelisahan? Entahlahh--
Sering kutulis, namun aku sendiri tak begitu mengerti apa yang tepat kuharapkan saat aku menuliskannya.
Terkadang, (mungkin) hidup perlu ditertawakan. Menertawakan diri sendiri yang sering tak tahu arah. Bagaikan seekor burung kecil yang selalu terbang entah kemana.
Menertawakan kebodohan yang sengaja dilakukan atau bahkan kebodohan yang terlontar begitu saja.
Semua cukup dengan ditertawakan.
Tidak ada cara lain.
Cara yang lebih bijaksana?
Ahh sudahlah.. Aku bahkan bukan orang yang begitu menyenangi keformalan yang menjelma menjadi sebuah kata yang kutulis dengan nama " bijaksana"
Moodbooster???
Aku tak tahu apakah itu, sejenis manusia yang bisa merubah suasana hatikah? Ataukah sejenis suasana tak terduga yang dengan begitu cepat merubah kegelisahan? Entahlahh--
Sering kutulis, namun aku sendiri tak begitu mengerti apa yang tepat kuharapkan saat aku menuliskannya.
Terkadang, (mungkin) hidup perlu ditertawakan. Menertawakan diri sendiri yang sering tak tahu arah. Bagaikan seekor burung kecil yang selalu terbang entah kemana.
Menertawakan kebodohan yang sengaja dilakukan atau bahkan kebodohan yang terlontar begitu saja.
Semua cukup dengan ditertawakan.
Tidak ada cara lain.
Cara yang lebih bijaksana?
Ahh sudahlah.. Aku bahkan bukan orang yang begitu menyenangi keformalan yang menjelma menjadi sebuah kata yang kutulis dengan nama " bijaksana"
Sabtu, 06 Februari 2016
Hujanpun mengejek hidupku
Aku tahu di AlQuran hanya diperintahkan untuk "Iqro" (bacalah), bahkan untuk ayat pertama diturunkan. Namun, aku tidak bisa untuk itu disaat sebuah pesan singkatku tertuju kepadanya. Aku saat ini melebur. Aku melakukan sesuatu diluar kontrol tubuhku. Aku perlu sosok yang biasa ada untuk tetap hadir. Namun, mungkin sikapku yang diluar batas normal memuakkan mereka. Aku membuat semua orang membenci diriku. Bodoh!!!
Terkadang aku begitu mudah menemukan banyak orang disekitarku saat aku sedang baik baik saja. Namun, saat aku melebur bahkan hampir hancur.......
Ini soal biasa yang bahkan sangat biasa tetapi aku tak bisa berpikir jernih untuk semua.
Cukup berat..
Cukup sakit..
Semua masalah seakan bertemu, dan jatuh cinta. Kemudian mereka menikah dan berkembang biak.
Semakin banyak semakin menyerang.
Sempat sakit dan semakin sakit.
Sampai saat aku menuliskan ini.
Bukan hanya batin, namun fisikpun begitu..
Mereka berkoordinasi cukup kompak. Sungguh..!!
Seakan ingin selalu disini tanpa kembali.
Karena ketika aku kembali, aku hanya menjadi beban bagi orang lain.
Tak hanya beban bagi mereka di sekelilingku, namun beban bagi mereka yang berjuang untukku.
Ingin tertawa dan nelangsa ketika memikirkan betapa tidak berharganya diriku di mata siapapun.
Terkadang aku begitu mudah menemukan banyak orang disekitarku saat aku sedang baik baik saja. Namun, saat aku melebur bahkan hampir hancur.......
Ini soal biasa yang bahkan sangat biasa tetapi aku tak bisa berpikir jernih untuk semua.
Cukup berat..
Cukup sakit..
Semua masalah seakan bertemu, dan jatuh cinta. Kemudian mereka menikah dan berkembang biak.
Semakin banyak semakin menyerang.
Sempat sakit dan semakin sakit.
Sampai saat aku menuliskan ini.
Bukan hanya batin, namun fisikpun begitu..
Mereka berkoordinasi cukup kompak. Sungguh..!!
Seakan ingin selalu disini tanpa kembali.
Karena ketika aku kembali, aku hanya menjadi beban bagi orang lain.
Tak hanya beban bagi mereka di sekelilingku, namun beban bagi mereka yang berjuang untukku.
Ingin tertawa dan nelangsa ketika memikirkan betapa tidak berharganya diriku di mata siapapun.
@jakarta, 6 februari 2016
Ditemani rintikan hujan yang seakan mengejek diriku..
Ditemani rintikan hujan yang seakan mengejek diriku..
Minggu, 24 Januari 2016
Alasan untuk Menjadi yang Lain
Dia, seseorang yang tak pernah
mengerti apa arti sebuah kebebasan. Dia yang tak pernah mengerti apa yang
dinamakan melampaui batas. Dia yang seakan keluar dari kandang tempat ia
dikurung selama berbelas tahun. Dia yang aku kenal sekarang memang tidak berbeda
dengan dia yang aku kenal dulu. Namun, dari awal aku mengenalnya. Seakan ada
sesuatu yang bukan dirinya, namun ia memaksakan menjadi itu. Tentang sikapnya
yang tak sedikit membuat orang menarik diri untuk berbaur dengannya. Aku selalu
bertanya dalam diri, mengapa dia seperti ini? Mengapa dia seperti itu? Mengapa
dia begini? Begitu? Ya, tentu saja tak pernah kudapatkan jawaban, karena aku
baru mengenalnya. Namun, percakapan di senja itu, membuatku mengeti “mengapa
dia”? iya, dia yang seakan keluar dari zonanya. Seakan dia yang baru saja tahu
bagaimana dunia dan lingkungannya. Dan bagaimana kabar dunia saat ini. Dia yang
mencoba asyik dengan suatu hal, tapi ia tak pernah berhasil dan bahkan terkesan
menopengi diri dengan “ini bukanlah aku”. Dia yang seakan baru memahami apa ini
kata, bagaikan anak kecil yang dibelikan mainan baru. Terlalu senang, terlalu
heran, dan terlalu kagum. “aku belum pernah tahu ini sebenarnya” (itu mungkin
katanya). Dan dia masuk ke kehidupan itu, kehidupan yang justru membuatnya
ingin mencoba. Mencoba apa yang selama ini kebanyakan orang lakukan, tapi hanya
bisa ia lihat. Kini ia melakukannya. Bukan salahnya, setiap orang pasti ingin
mencoba. Entah itu sebenarnya baik atau tidak untuk dirinya. Namun, aku tak
bisa menyalahkan mengapa ia berubah bukan menjadi lebih baik. Karena memang
tugasku bukan sebagai penilai. Aku hanya merasa bahwa ia bosan dan ia ingin
keluar dari zonanya. Keluar dan merasakan seperti yang lain, karena hidupnya
selama ini terlalu monoton untuk diceritakan. Karena sebenarnya dibalik topeng
yang ia kenakan tersimpan sejuta kisah, mengapa ia memakainya sekarang? Jangan
menjudge seseorang dengan kelakuannya, tapi cari tahulah mengapa seseorang
melakukan itu..!
Nokturnal
Hidupku
mungkin dipenuhi dengan keanehan yang justru membuatku banyak bersyukur. Salah
satu hal yang sampai saat ini masih kupertanyakan adalah, mengapa aku seperti
kaum nokturnal. Aku sulit tidur di malam hari dan siang harinya aku merasakan
rasa kantuk yang luar biasa. Itu aku, yang dulu. Sekarang, bukannya bertambah
normal, jutru kini aku tidak merasakan kantuk di siang dan malamku. Mengapa?
Akupun tak pernah tahu jawabannya. Aku mencoba menerka, apa penyebanya? Apakah
efek dari cafein? Aku bahkan kini jarang mengonsumsi cafein lagi. Terlalu puas
tidur di siang hari? Tidak, aku bahkan sengaja berlelah-lelah ria di siang
harinya supaya aku merasakan lelah dan akhirnya mengantuk ketika kembali ke
tempat istirahatku. Namun, nihil. Beberapa hari, aku jarang terlelap. Hebatnya,
aku juga tak pernah merasakan apa itu efek dari kurang tidur? Subhanalloh...
Semua ini, diluar dugaanku. Namun, bagaimanapun juga aku tetap berusaha menjaga
kesehatan diriku. Diluar semua kemauanku, itu semua ada diluar ketidakmampuanku
melihat segalanya.
Langganan:
Postingan (Atom)